Asal Daerah : Jambi
Corak :Batang
Hari, Bungo Pauh, Duren Pecah, Kapal Sangat, Kuau Berhias, Merak
Ngeram, Tampok Manggis,
Pada
zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum
bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji
Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi
dan memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada
waktu itu berupa motif - motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran
rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam
jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak
dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun
sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di
lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan
keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan
ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah
industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun
70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah
seorang pengusaha wanita "Ibu Ratu Mas Hadijah" dan dari sanalah batik
Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu yang
turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab
dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami
dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang
mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.
Pada tahun 1980 tanggal 12 s/d 22 Oktober di Desa Ulu Gedong diadakan
Pendidikan dan Pelatihan Batik di Kotamadya Jambi, diklat yang pertama
kali di selenggarakan ini diprakarsai oleh Kanwil Departemen
Perindustrian Propinsi Jambi (Drs. H. Suprijadi Soleh) bekerjasama
dengan instansi terkait dan Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Jambi
(Prof. Dr. Sri Soedewi Maschun Sofwan, SH.), dengan mendatangkan tenaga
pelatih /instruktur dari Balai Besar Kerajinan clan Batik Yogyakarta.
Sampai saat ini tidak seorangpun tahu dengan pasti siapa pencipta motif
batik tradisional yang sangat banyak jumlahnya, juga filosofi yang
terkandung dalam motif tersebut. Yang jelas motif batik daerah Jambi
mempunyai ciri-ciri khas tersendiri dan telah berkembang sedemikian rupa
hingga dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara.
Berbicara mengenai motif batik tradisional Jambi, berdasarkan data yang
ada diketahui jumlahnya telah mencapai kurang lebih sebanyak 40 motif,
dari motif dasar yang tercatat sebanyak 40 motif ini, telah banyak
mengalami modifikasi/pengembangan sesuai dengan selera pasar dan
perkembangan wilayah pemekaran. Dalam meniti perkembangan motif,
diharapkan kita sama-sama dapat menjaga kelestarian dari perkembangan
motif tersebut agar nilai-nilai yang terkandung dalam suatu motif dapat
terpelihara dengan baik.
Suatu motif secara umum terdiri dari Ornamen Pokok, Ornamen Pelengkap
dan Isen batik. Dari tatanan tersebut, motif-motif batik tradisional
pada umumnya mempunyai arti filosofi, yang dalam perkembangan
selanjutnya titik berat penciptaannya hanya pada keindahan bentuknya
dengan nama yang disesuaikan dengan kenampakannya atau menurut kemauan
si pencipta motif. Dalam hal ini si pencipta motif harus mampu
mengartikan / memberi makna atas motif ciptaannya. Karena sampai
ditemukan dan dikumpulkan motif-motif yang telah ada, belum mempunyai
arti filosofi yang terkandung dalam motif tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar